Monday, June 20, 2016

DUREN DAN SOCMED PRAYER

Duren (Durian) adalah buah eksotis yang sangat menggoda bagi para penggemarnya, namun tidak semua orang doyan karena baunya yg menyengat, beberapa mengindarinya karena katanya bikin kolesterol naik, bahkan sampai ada anjuran, kalau bisa jangan makan durian.
Cara menikmati Duren selama beberapa tahun ini banyak mengalami perubahan. Dari awalnya dimakan langsung setelah dibuka, bahkan tidak sempat mampir ke piring, langsung dimakan dari pongge-nya, bahkan ada yang makan di pinggir jalan di depan bakulnya, katanya asyik... sekalian garansi duren yg dijual OK punya. Ada yang lebih elegan, buah ditampung dalam piring atau nampan kemudian dimakan, walaupun konon katanya kurang enak karna bau angin. Lebih afdol langsung ambil dari kulitnya.
Di daerah sumatera, tepatnya Medan dan Pekanbaru, pusatnya durian enak, banyak kedai yang memang spesial jualan duren. Dengan stok yang dipajang di depan kedai durian. Menggiurkan. Banyak pilihan disana, sampean akan diberikan pilihan oleh bakulnya, suka durian yang manis atau pahit? Mau makan durian buahnya aja atau dimakan sama ketan hangat, wuidih...sama-sama sensasional.
"Wah... awak jadi ingat tuh sama Durian Bang Ucok. Lamo nian ta ado yg kirim durian ke awak."
Selain buah dimakan langsung banyak olahan duren yang cukup menggoda juga menurut lidah saya. Pancake duren Pekanbaru tak kan terlupa. Durian Snow Ice, seperti di foto terlampir, es serut manis dengan toping saus durian yang membuat lidah terasa pahit kalo berhenti menikmatinya.
Seiring dengan perkembangan cara menikmati durian, begitu pula cara orang berdoa. Cara-cara konvensional dalam orang berdoa, baik itu di rumah, di tempat ibadah, di tempat kerja, sekolah dan lain sebagainya, dengan cara yang sudah diajarkan sejak kecil. Berbicara langsung sama Tuhan dengan segala ucapan syukur dan permohonan manusia.
Manusia memang kreatif, bahkan cara berdoa juga bisa dimodifikasi, yang terbaru ini adalah berdoa di Social Media dan status Instant Messenger.
Pernah kah sampean baca di socmed yg bikin status semacam:
"Ya Tuhan, tolonglah saya, kucing saya melarikan diri... bla..bla..bla.."
atau
"Ya Tuhan, besok saya mau ujian... bla..bla..bla.."
Saat ketemu masalah, belum juga cari solusi, update status dulu, "Ya Tuhan......bla...bla..bla.."
Bahkan listrik mati langsung update status... "Ya Tuhan listrik mati... pliss Tuhan bantu "
Jika Tuhan punya akun social media, dan buat sebuah akun Fanpage berjudul "Tuhan-Official". Berapa jumlah followernya. Dan doa akan berubah menjadi hujan posting status dan komentar di socmed. Berapa banyak like yang Tuhan terima setiap detiknya. 
Haduh .... tak terbayangkan.

Jika Tuhan punya PIN BBM, mungkin statusnya Tuhan akan ditulis "Yang ada masalah keuangan, sakit penyakit, karier... PING ME!!" Lantas, ajaran dan doktrin keagamaan akan berganti "Share PIN punya Tuhan dong!". Doa berganti private message dan PING!!!
"Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, apakah Tuhan baca status dan cuitan di media social? "
Walaupun saya yakin dengan ke-MahaKuasa-an Nya, Tuhan mampu tahu dan mengerti semua yg diposting ke social media. Tapi masalahnya dia mau atau tidak.
Posting doa di socmed ibarat mengucapkan doa di tengah-tengah pasar, semua orang memperhatikan, dan setelah selesai, semua orang akan mengacungkan jempolnya. Oops...
Duren dimakan seperti apapun bentuknya, tetap harus menyisakan esensi utama dari durian, baik aroma, rasa, tekstur dan ujungnya adalah kenikmatan durian. Apalah artinya durian tanpa esensi tersebut.
"Doa juga memiliki esensi yang penting yaitu dialog pribadi manusia dengan penciptanya."
Dimodif seperti apapun jika ada esensi dan tujuan yang sama, silakan saja. Tapi jika esensi doa itu berganti dengan tujuan koleksi jempol, dan jawaban doa dari follower.... hmmm... gimana ya?

Saya juga berpikir, bagaimana wujudnya Tahu Bulet rasa Duren?

No comments:

Post a Comment